Persiapan Pengabdian Masyarakat, PERSADA UAD Gelar Pelatihan Khutbah Jum’at Dan Kultum

Kemampuan public speaking terutama dalam kultum dan khutbah itu menjadi hal yang penting untuk dikuasai oleh setiap mahasantri. Maka, Pesantren Mahasiswa K.H. Ahmad Dahlan (PERSADA) Universitas Ahmad Dahlan, menyelenggarakan pembekalan pengabdian masyarakat bertempat di aula Islamic Center dan amphiteater Fakultas Kedokteran UAD. salah satunya pelatihan khutbah jum’at dan kultum pada hari rabu (15/03). Pembekalan ini diadakan, karena para mahasantri PERSADA UAD akan dihadapkan dengan pengabdian masyarakat sekitar kampus selama dua pekan di bulan Ramadhan 1444 H.

Menurut Mudir PERSADA UAD, diadakannya pelatihan khutbah dan kultum ini karena sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim sekaligus mahasantri untuk dapat menguasai retorika, agar ketika bertugas nanti sudah siap menjadi seorang mubaligh. Lebih dari itu, kegiatan ini bisa menambah wawasan, sehingga para mahasantri pandai menyampaikan pesan-pesan yang baik di depan umum ataupun keluarga.

“Santri PERSADA harus memiliki kemampuan skill komunikasi yang sempurna. inilah yang kami harapkan. Karena Inna Fii Yaddi asy-Syubbani Amra al-Ummati wa Fii Iqdaamiha Hayataha (Sesungguhnya di tangan para pemudalah perkara umat. Dan di dalam keberanian merekalah hidup umat). Jadi apapun kalian nanti, sudah bisa khutbah atau minimal kultum.” pesannya.

Pemateri pada kesempatan kali ini yaitu Ustadz Hendra Darmawan selaku kabid. Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD. beliau mengambil judul Sendjata Pengandjoer didasari agar apa yang disampaikan oleh pembicara bisa diikuti oleh audiens. Kemudian dengan mengutip dari seorang orator sekaligus tokoh Muhammadiyah yaitu Isa Ansori, kutipannya yaitu “Meneguhkan kuasa lisan”.

Dalam hal ini beliau menyampaikan terkait bagaimana bisa menyampaikan gagasan secara sistematis. Sehingga dari hal itu bisa meneguhkan kuasa lisan. Pesannya untuk para dai tidak hanya suara atau artikulasi yang harus dijaga, tapi juga penampilan.

Dakwah yang menggugah itu dimulai dari judulnya. Waj’alli Lisana Shidqin Fil Akhirin. Waj’allni Min Waratsati Jannatin Na’im (dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan). Maka bagi umat Islam fashahah itu sangat penting.

Kemudian, beliau menerangkan bahwa bahasa Arab itu memiliki daya tarik tersendiri dalam kemahiran berbahasa, seperti dalam membaca dalil-dalil al-Qur’an dengan menghayatinya membuat para audiens terkemuka dan seakan-akan dalil tersebut berbicara untuknya.

“Artinya kita harus cinta bagaimana orang membuat redaksi-redaksi yang strong, maka dalam kitab al-Masnawi hal itu menjadi bagian untuk mengenal zauq atau rasa bahasa itu, sehingga harus kita pelajari.” Ujarnya.

Hasil akhirnya, dari pelatihan khutbah dan kultum ini mereka bisa meningkatkan kemampuan dan lebih siap untuk mengabdi di masyarakat nanti di bulan Ramadhan 1444 H. (Badru Tamam)