Ketika Hijab Ala Simpelisme dan Minimalisme Merasuki Moral Bangsa Indonesia 2013 :ISNA FATIMAH

 

Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59)

Berhijab ataupun berjilbab merupakan suatu kewajiban dan aturan dalam agama Islam, khususnya untuk para muslimah. Hijab pada umumnya diartikan sebagai penutup, sedangkan jilbab yaitu kain besar (kerudung) yang dapat menutup aurat. Di tahun 2013 ini, sudah memasuki zaman berhijab bukan zaman berjilbab lagi. Para kaum muslimah merasa lebih percaya diri dan lebih modis dengan berhijab tetapi bukan berarti kalau memakai jilbab tidak percaya diri ataupun tidak modis karena dalam islam berpenampilan dan berpakaian yang syarai??i??i itu menutup aurat (kepala, muka dan tangan). Dalam kehidupan ini penafsiran dalam berhijab hanya untuk mengejar trendy dan perkembangan fashion dunia semata.

Rasulullah SAW bersabda Pada akhir umatku nanti aka nada wanita yang berpakaian tetapi sebenarnya telanjang. (HR Thabrani). Banyak berkembang hijabers-hijabers yang mana mereka semua memiliki style sendiri ai??i?? sendiri. Dalam mengenakan hijab, mereka mengasumsikan bahwa hijab itu menutup ai???auratai??i?? (kepala) dan supaya terlihat berbeda daripada berjilbab. Akan tetapi, sebagian dari cara mereka dalam mengenakan hijab belum syarai??i??i (menutup kepala, muka dan tangan). Karena mereka hanya mengikuti trend-trend berhijab ala jepang, ala prancis, maupun ala artis ai??i?? artis domestik, sehingga fungsi awal dari berjilbab yang menutup auratdan syarai??i??i serta melindungi dari pandangan nafsu lawan jenis bergeser untuk dijadikan sebagai sensasi dan riyaai??i??.

Berbicara masalah berhijab, tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi moral bangsa kita tercinta ini sehingga lebih berhijab daripada berjilbab?. Faktor pertama yaitu keluarga, keluarga sangat berpengaruh pada awal perkembangan moral para muslimah. Keluarga merupakan tempat awal dimana kita bersosialaisasi. Sering dinamakan dengan sosialisasi primer. Dalam berhijab, muslimah dipengaruhi oleh ibu, nenek, maupun saudara kandung perempuannya. Seorang anak usia anak ai??i?? anak sebagian besar meniru bagaimana berpenampilan yang ai???samaai??i??, simpel dan sesuai dengan anggota keluarganya.

Faktor kedua, pada lingkup sekolah ai??i?? sekolah, dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Banyak pendidik muslimah yang dalam berhijab belum mampu untuk mengenakan hijab yang baik dan benar yaitu dengan menutup aurat (menutup kepala, muka dan tangan) seluruhnya. Sehingga tidak disadari sebagian dari peserta didik mengikuti gaya berhijab sesuai dengan guru maupun dosennya.

Faktor ketiga, Lingkungan universitas dan yang sederajat juga sangat berpengaruh dalam menentukan bagaimana seorang muslimah itu harus mengenakan pakaian dan berpenampilan yang syarai??i??i dan tentu juga sesuai dengan aturan – aturan, tata tertib, sopan santun, kerapian, dan kebersihan dari kebijakan kampus.

Selain ketiga faktor diatas, lingkungan masyarakat juga berpengaruh di dalamnya. Biasanya dinamakan dengan sosialisasi sekunder. Lingkungan berpengaruh dalam proses berpenampilan, bergaya, berbusana dan juga berperilaku dalam kesehariannya.

Para muslimah menjadi berbeda perilaku, berbeda cara penafsiran, dan berbeda cara tangkapnya. Sehingga banyak muslimah yang tercoreng nama serta status moralnya karena tidak dengan hati (ikhlas) dan sikap baik dalam berhijab dan berbusana yang syarai??i??i.

Meskipun dengan berhijab menjadikan diri kita simpel, serba instan, minimalis namun moral bangsa Indonesia menjadi tergadaikan, untuk itu kita harus bersama ai??i?? sama mengatasinya mulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Semua bekerjasama untuk mengurangi krisis moral yang ada di Indonesia, khususnya dalam berpenampilan dan berbusana. Selain itu, pentingnya pendidikan agama sangat berpengaruh demi terwujudnya moral muslimah yang syarai??i??i seutuhnya. Dalam berhijab seorang muslimah harus syarai??i??i, menutup aurat serta sopan sesuai dengan syariat agama islam dan jangan sampai dengan berhijab malah mengundang nafsu syahwat. Naudzubillahi min dzalik

Profesor Kamal Malaker, kepala bagian kanker radiasi rumah sakit King Abdul Aziz Arab Saudi yang menyebutkan bahwa kaum wanita di Arab Saudi, yang umumnya memakai jilbab sampai menutupi wajah mereka, rata-rata kurang tertembus Virus Epstein Barr yang menyebabkan kanker tenggorakan atau hidung.Ai??Tampak jelas bahwa kebenaran akan memakai hijab maupun jilbab dalam berbusana yang wajar dan sepantasnya dapat melindungi diri dari segala hal yang merugikan diri kita.

Selain itu, sudah tertulis jelas dalam Al-Qurai??i??an dan As Sunnah bahwasannya seorang muslimah diwajibkan untuk memakai jilbab maupun hijab yang dapat menutup aurat (kepala, muka dan dada) dan tidak boleh ketat. serta dengan berjilbab tersimpan banyak manfaat yang terkandung di dalamnya antara lain, mampu menjadikan diri kita pribadi yang sholehah, besikap baik, terhindar dari penyakit serta terlindungi dari godaan syaitan-syaitan pembawa malapetaka. #

Ai??