PUISI “Bangga Menjadi Bagian PERSADA” oleh: Ashabul Kahfi

Yogyakarta adalah cahaya, cahaya yang melahirkan banyak pengarah bangsa yang cerah.

Kala itu di puncak gedung penempaan kader bangsa yang Islami, kusaksikan matahari baru saja terbit memamerkan keindahannya, SANGAT INDAH!

Lamunanku terbang begitu jauh, menghayalkan harapan-harapan berat yang berada di kepala, pundak, dan punggungku.

Ah tidak, harapan besar itu ada di sekujur tubuh fanaku yang lemah ini.

Tiba- tiba teringat pertanyaan temanku yang mengesalkan

“gimana? Enak gak di penjara itu?

kala itu aku hanya bisa membalas dengan senyumku yang kecut.

 

Jika saja pertanyaan itu keluar lagi, maka dengan bangga akan kusampaikan padanya, dengan senyum paling sumringah, dengan semangat menggebu dan dengan ketegasan bak abdi negara bahwa gedung yang sedang kuinjak dengan kakiku ini BUKAN PENJARA!

Gedung ini adalah KEBANGGAANKU.

 

Tak ada kalimat yang mampu menggambarkan kebanggaanku ini.
Menjadi kader Persyarikatan – kader Bangsa, adalah tujuan kami hadir disini.
Nyatanya, lebih dari itu, kami di sini ternyata dipersaudarakan.
Gedung ini adalah tempat yang paling tepat untuk meramal masa depan bangsa, yang ber-Bhineka Tunggal Ika namun dibalut dengan ilmu yang hangat.

 

14 tahun, ya sudah 14 tahun Gedung ini terus berupaya untuk menghasilkan karya-karyanya untuk bangsa.
14 tahun manjaga visinya untuk tetap berada pada tujuan awalnya.
14 tahun yang tanpa henti, atau hanya sekedar lelah untuk menempa emas, terus menerus.
14 tahun berusaha sekeras mungkin, hingga lupa berbuat untuk dirinya sendiri.

 

Namun begitulah hidup berjalan, hal baik akan dikenal dan dikenang sebagai hal baik. Maka Gedung kebangganku ini, mungkin lupa merawat dirinya, tapi dia dirawat oleh emas yang telah ditempanya.

 

Bagaimana aku tak bangga?
Aku bisa saja menjadi bagian dari emas emas berkilau yang berhasil ditempanya.
Yaa meskipun ada kemungkinan aku menjadi emas gagal yang akan dibuang ke tong sampah, tapi aku yakin bahwa kalaupun harus seperti itu, maka bisa aku yakini bahwa akulah sampah yang akan menjadi cahaya di tong itu.

 

Kuhayalkan mimik temanku yang akan sangat masam, jika ia tahu bagaimana aku menikmati segala emas di Gedung kebangganku yang ia anggap penjara ini, hahahaha.

 

Terima kasih untukmu
Terima kasih untuk emas-emasmu.
Terima kasih atas perjuanganmu.
Terima kasih PERSADAku.

Dengan bangga aku teriakkan.
PERSADA JAYA!! PERSADA MENDUNIA!!