Sedekah Tak Sekedar Memberi, Perlu Kebijaksanaan Agar Lebih Berarti

Sedekah Tak Sekedar Memberi, Perlu Kebijaksanaan Agar Lebih Berarti

Muhammad Ziya Ul Albab | Ilmu Hadis UAD, Public Speaker & Content Creator

muhammadziya2706@gmail.com

 

Dewasa ini muncul sebuah fenomena yang sebenarnya baik namun perlu kebijaksanaan dalam menyikapinya. Fenomena tersebut salah satunya adalah, adanya masjid yang bisa mengumpulkan uang dari jamaahnya hingga ratusan juta untuk infrastruktur masjid, namun ketika ada orang yang kesulitan atau mungkin jamaah masjid itu sendiri yang sedang kesusahan, maka tidak ada sepeserpun bantuan yang sampai kepada orang itu. Saya sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan bersedekah terhadap masjid, membangun masjid, memperindah masjid demi kenyamanan penggunanya, demi kebersihan dan keindahan lingkungannya, namun alangkah kurang bijak jika kita hanya sibuk memperindah simbol-simbol Islam, namun abai terhadap esensi dari ajaran Islam itu sendiri (baca: membantu orang-orang susah).

 

Saya teringat dan kembali kagum pada beberapa masjid yang pernah saya lihat secara langsung maupun lewat media sosial. Ada Masjid Jogokariyan yang menyediakan 3500 porsi berbuka puasa gratis dengan menggelontorkan dana sekitar Rp50 juta setiap harinya, sekaligus membantu UMKM yang ada disekitar masjid. Ada Masjid Nurul Ashri Deresan Yogyakarta yang mampu menggaet jamaah lewat instagramnya untuk membeli semua dagangan buah salak, dari petani yang waktu itu harga per kilo salaknya anjlok parah. Ada Masjid Sejuta Pemuda yang menyediakan makan siang gratis, kopi, teh, sampai bantal tidur untuk driver ojek online yang sedang beristirahat sehabis shalat di masjid itu. Ada Real Masjid Yogyakarta yang mengadakan pasar jumat subuh gratis, yang membagikan berbagai sayur mayur untuk jamaah yang shalat subuh di masjid tersebut. Ada Masjid Islamic Center UAD yang menyediakan ribuan porsi makanan berbuka dengan bermacam menu nusantara.

 

Melihat yang demikian itu rasanya perlu untuk kita kembali mengevaluasi sedekah yang telah dilakukan. Apakah ia sudah tepat sasaran? Apakah ia sudah tepat guna? Menuangkan air pada sehektar sawah akan berdampak lebih luas, lebih nyata, lebih terasa, ketimbang menuangkan air pada kolam seluas samudera. Karena sedekah tak hanya sekedar berbagi, tapi juga perlu kebijaksanaan agar lebih berarti. Berikut beberapa hal yang bisa menjadi motivasi kita dalam bersedekah dengan penuh keikhlasan dan penuh kebijaksanaan.

 

1. Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan akan menjadi lebih dermawan ketika di Bulan Ramadhan

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ. قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‌أَجْوَدَ ‌النَّاسِ بِالْخَيْرِ. وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ. إِنَّ جِبْرِيلَ عليه السلام كَانَ يَلْقَاهُ، فِي كُلِّ سَنَةٍ، فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ. فَيَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْقُرْآنَ. فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Rasulullah adalah manusia yang paling dermawan dalam kebaikan. Dan beliau menjadi lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan. Sesungguhnya Jibril عليه السلام menemui beliau setiap tahun di bulan Ramadhan hingga bulan itu berlalu. Maka Rasulullah memperdengarkan Al-Qur’an kepadanya. Ketika Jibril menemuinya, Rasulullah menjadi lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.” (Hadits diriwiyatakan oleh Imam Muslim)[1]

 

2. Sedekah tidak mesti dengan uang

وقال ابن شَيْبَةَ: عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قال: “‌كل ‌معروف ‌صدقة”

Ibnu Syaibah berkata: dari Nabi Shallahu’alaihi Wasallam bersabda: semua perbuatan baik adalah sedekah. (Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim).[2]

Maka apa saja perbuatan baik yang kita lakukanlah dengan niat mengharapkan ridho Allah Subhanahu Wata’ala, maka pahala yang kita dapatkan sama seperti pahala orang yang bersedekah. Imam Nawawi mengatakan dalam kitab syarahnya “ yakni bahwa setiap bentuk kebaikan tidak boleh diremehkan. Seseorang tidak seharusnya kikir dalam melakukan kebaikan, tetapi sebaliknya harus menghadirkannya dalam kehidupannya.”[3]

 

3. Sedekah adalah shortcut untuk meraih banyak pahala dari Allah

عَنْ أبي هريرة؛  أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ : (‌إِذَا ‌مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ. أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ. أو ولد صالح يدعو له)

Dari Abu Hurairah: bahwasanya Rasulullah Shallahu’alaihi Wasallam bersabda: Jika wafat seorang manusia, maka terputuslah semua (pahala) amalnya kecuali tiga perkara. (1) Sedekah jariyah (2) ilmu yang bermanfaat (3) anak shaleh yang mendoakan. (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya)[4]

Sedekah bisa menjadi jalan pintas untuk meraih pahala yang banyak dari Allah. Walau sudah meninggal dunia, pahala akan tetap mengalir kepada pelakunya. Bayangkan misalnya kita bersedekah uang pada seorang anak yatim, lalu dengan uang itu ia membeli pakaian, ia bersekolah, ia belajar, bahkan ia menjadi orang yang sukses dengan perantara sedekah kita. Setelah sukses si anak yatim tersebut juga banyak membantu orang lain. Maka berapa banyak pahala yang diraih oleh si anak yatim itu dan kita pun akan kebagian pahala jariahnya.

Contoh lainnya misal dengan bersedekah ke masjid. Dengan sedekah kita, masjid bisa membeli karpet, air wudhu, pengharum ruangan, menggaji imam dan takmir, serta kebutuhan masjid lainnya. Lalu ada orang-orang yang sholat di masjid tersebut. Maka karena ikut terlibat dalam perawatan masjid tersebut dan orang-orang juga bisa shalat disitu, maka kita akan kebagian pahalanya.

 

4. Bersedekah semampunya dan jangan berlebihan

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam QS. Al Furqan ayat 67 yang berbunyi

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

“Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya.”

 

Maka bersedekahlah semampu diri. Sedekah yang diberikan tidak harus banyak, apalagi sampai merogoh kantong kita dalam-dalam, sampai-sampai kita jadi kesusahan sendiri. Bersedekahlah dengan pemberian terbaik sesuai kemampuanmu. Buya Hamka dalam Tafsir Al Azharnya mengatakan “hendaklah kita menjadi orang yang Qawwaaman, yaitu orang yang tidak terlalu loyal namun tidak juga bakhil atau pelit. Sifat Qawwaaman tersebut muncul dari iman yang mantap dan fikiran yang cerdas, sehingga ia meyakini bahwa semua harta yang ia miliki adalah dari dan milik Allah. Harta itupun juga harus ia nikmati sebagaimana mestinya dan tidak boleh digunakan pada hal-hal yang tidak bermanfaat.[5]

 

Oleh karena itu mari manfaatkan momentum bulan Ramadhan ini sebagai bulan untuk kita bersedekah lebih ikhlas, lebih bijak, lebih banyak, dan lebih bermanfaat.

 

[1] Imam Muslim. Shahih Muslim. 1995. ditahqiq oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. (Kairo: Matba’ah Isa al-Babi al-Halabi wa Syirkah). Juz 4 Halaman 1803

[2]  Imam Muslim. Shahih Muslim. 1995. ditahqiq oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. (Kairo: Matba’ah Isa al-Babi al-Halabi wa Syirkah). Juz 6 Halaman 697

 [3] An Nawawi. Al Minhaj Syarh Shahih Muslim Bin Al Hajjaj. 1392. (Beirut: Dar Ihya Al Turats Al ‘Arabi). Cetakan ke 3, Juz 3, Halaman 93

[4]  Imam Muslim. Shahih Muslim. 1995. ditahqiq oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi. (Kairo: Matba’ah Isa al-Babi al-Halabi wa Syirkah). Juz 3 Halaman 1255

[5] HAMKA. Tafsir Al Azhar. 1989. (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura). Jilid 7, halaman 5061