HAL-HAL YANG MERUSAK PUASA
Oleh: Aisyah Nur Kasanah
Burung gagak burung merpati
Terbang di langit tak henti-henti
Buat apa bersedih hati
Bukankah Ramadhan selalu di hati?
Teman-teman semua dimana pun kalian berada. Pada dasarnya naskah ini kita buat, untuk kita saling mengingatkan. Khususnya untuk diri saya pribadi, umumnya untuk kita semua. Karena kenapa?
Karena, di dalam surat Az-Zariyat ayat 55 dikatakan,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ ٱلذِّكْرَىٰ تَنفَعُ ٱلْمُؤْمِنِينَ
Tetaplah kalian saling memberi peringatan. Karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
Temen-temen semua. Ada beberapa hal yang bisa membatalkan puasa seperti minum, makan, hubungan biologis, ini yang disebut mufthiron namanya.
Nah, ini yang membatalkan. Kenapa dalam hal ini tidak dibahas? Karena kami yakin sudah banyak dipahami. Semua orang yang puasa pasti menjaga ini.
Tapi temen-temen, ada juga yang namanya mufsidan, merusak puasa. MERUSAK. Tentu yang namanya merusak itu kan tidak semuanya. Dan parahnya, terkadang kita tidak sadar kalau “sesuatu” itu bisa merusak.
Temen-temen. Apa perbedaan membatalkan dan merusak?
Kalau membatalkan itu, mufthiron, seketika puasanya selesai. Habis. Batal puasanya. Gugur. Dan kita harus mengganti di hari lain. Tapi kalau “sengaja”, berarti kita dapat kafarat. Ada hukuman tambahan. Puasa dua bulan berturut-turut. Bisa memberi makan 60 orang miskin, itu yang paling sedikit. Atau membebaskan seorang budak. Tapi dalam konteks sekarang sudah tidak ada lagi bagian ketiga tadi. Di ganti di hari lain.
Tapi juga tidak boleh sengaja. Karna dosanya bisa berlipat. Tapi kalau yang ini, belum tentu puasanya batal. Puasa kita masih terasa lanjut. Kenapa? Karna kita belum mengerjakan sesuatu yang membuat puasa kita batal. Tapi puasanya rusak. Rusak itu artinya pahala kita berkurang. Karna dikurangi oleh perbuatan kita yang merusak. Contoh: Berkata kotor, berkata jorok. Kotor itu masuk ke konteks ghibah, gossip. Itu masuk semua.
Nah, saya mau tanya kepada teman-teman, Ketika kita puasa, berapa kali kita bicara kotor? Berapa kali nulis status untuk menyindir orang? Berapa kali kita berbuat jelek dengan kata-kata, tulisan atau fikiran? Itu kan tanpa sadar. Tapi ternyata masuk dalam ketegori ini.
Bayangkan. Kalau kita mengerjakan ini. Sesuatu yang merusak. Dan ternyata itu mengurangi 25 persen pahala puasa kita. Setelah itu kita berselisih. Bertengkar sama teman kamar. Saling provokasi. Pahala puasa kita hilang 25%.
Lalu kita berangkat kuliah. Masuk kelas. Gara-gara ngak mau prensentasi duluan. Ribut. Ngambek-ngambekan. Berarti pahala puasa kita dikurangi lagi nih. Dikurangi 25 persen. Bikin berita hoax. Diceritakan ke sana kemari. Awas, dikurangi lagi nih 25 persen. Coba temen-temen bayangkan. 25, 25, 25, 25. 25 kali empat. Seratus persen.
Kalau dalam sehari kita puasa, lalu dapat pahala 100 persen. Tapi ternyata dikurangi juga 100%, habis pahala puasa kita. Apalagi kalau ditambah dengan sesuatu yang tidak pantas. Apa sesuatu yang tidak pantas itu? Ketika kita mengerjakan perbuatan itu, kita belum tentu dapat dosa. Tapi dosa itu dihasilkan dari comment orang lain.
Misal, ada ibu-ibu usia 50 tahun, sepedaan keluar komplek pakai sepeda cucunya yang usia 5 tahun. Dosa ndak? Tentu tidak. Tapi tetangga yang melihat pasti menggunjing. Nah itu Namanya perbuatan yang tidak pantas. Contoh lagi, temen-temen yang ikhwan misalnya. Lagi pakai peci nasional. Tapi pakainya tidak seperti biasanya. Tiba-tiba pecinya dibalik. Dosa ndak? Tidak. Tapi perbuatan itu bisa membuat teman-teman antum comment yang tidak baik.
Karna antum yang memancing mereka berbuat dosa. Maka, antum juga kecipratan dosanya. Coba bayangkan, sudahlah pahala puasa kita habis tinggal 0%. Berbuat dosa lagi, taruhlah 50% misalnya, karna orang banyak yang mengunjing, berbicara buruk. Wah, habis. Minus 50 persen.
Sudahlah nahan lapar. Ndak minum seharian. Haus. Udah gitu nambah dosa 50 persen. Nah, ini yang dimaksud Nabi, teman-teman..
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Betapa banyak orang yang puasa, tapi dia hanya dapat lapar dan haus saja. Ini yang paling bahaya.