Mari Menjaga Diri dengan Sikap Takwa
YOGYAKARTA, Persada– Jika hati diibaratkan tanah, dan Iman sebagai tanaman. Maka siraman air itu adalah ilmu dan nasihat. Bisa kita bayangkan, bagaimana tanaman Iman akan tumbuh sumbur tanpa siraman ilmu ataupun nasihat. Oleh karenanya, dalam suatu kelompok alangkah baiknya mengadakan taklim, berbagi ilmu, memberi nasihat, dan saling berwasiat dalam kebenaran maupun ketakwaan.
Tidak perlu lama, sedikit tapi rutin. Sebentar tapi bermakna, jauh lebih utama daripada tidak sama sekali. Inilah yang perlu kita upayakan, apalagi era kita sekarang ini yang penuh dengan godaan dan aneka tantangan. Bukankah saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran adalah salah satu inti ajaran Islam?
Bertakwalah di Mana Saja Berada
Kalimat ini kembali disampaikan oleh Al Mukarram, Den Bagus Andika Setyo Budi. Musyrif bidang Ibadah PERSADA yang juga ahli dalam urusan masak-memasak hingga berpetualang di pegunungan. Beliau menyampaikan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar r.a.
اتق الله حيث ما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحوها وخالق الناس بخلق حسن
Bertakwalah kamu kepada Allah SwT di mana saja kamu berada, dan iringilah setiap keburukan dengan kebaikan yang akan menghapuskannya. Serts pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. (HR. Tirmidzi)
Sebagai manusia biasa, pastinya tidak selamanya kita taat dan patuh pada aturan Allah Swt dan RasulNya. Adakalanya kita khilaf, terjerumus dalam kemaksiatan, berbuat salah dan dosa. Tentunya hal tersebut sebagai akibat dari kolaborasi yang sempurna antara bisikan syaitan dan kejahatan hawa nafsu.
Sungguh beruntung, orang yang mampu berperang dan menang atas dua hal tersebut.
Istilah takwa yang juga sering disampaikan okeh khatib setiap Jumat ini memiliki kata dasar yakni waqā – yaqī yang berarti ketaatan dan kesetiaan. Sehingga takwa ini boleh juga dimaknai dengan sikap taat dan setia terhadap perintah Allah SwT. Perintah Rasulullah tersebut merupakan turunan dari perintah Allah SWT, sebagaimana dalam QS. Ali Imran: 102, QS. At-Taghabun: 16, QS. Al-Ahzab: 70.
Kemudian balasan dari ketakwaan tersebut disebutkan dalam QS. Al-Anfal: 29, QS. Ath-Thalaq: 2-3, antara lain: diberikan furqān, ditutupi segala kesalahan, diampuni dari dosa, diberikan jalan keluar, diberikan rezeki dari arah yang tidak terduga, dan masih banyak lainnya.
Begitupun ciri-ciri daripada orang bertakwa juga banyak disebut dalam banyak ayat di Al-Qur’an.
Kembali ke nasihat yang disampaikan oleh Ust. Andika di atas, beliau menekankan tiga point utama yang dapat diambil dari hadis tersebut, antara lain:
1. Bertakwa kepada Allah SwT di mana saja berada.
“Kapanpun dan di manapun, kita mesti berusaha untuk menghadirkan perilaku takwa ini,” tegas beliau.
2. Ikutilah keburukan dengan kebaikan.
“Dengan kita melakukan kebaikan, baik itu menolong sesama, bersedekah, maupun kebaikan lain pada umumnya, maka kebaikan tersebut akan menghapus kesalahan yang kita lakukan,” tambah beliau.
3. Pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kita adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup (tanpa izin Allah SwT) kemudian orang lain. Kita membutuhkan orang lain, kita bisa terbebas dari rasa dingin, adalah buah dari para penjahit yang membuat pakaian yang kita kenakan.
Kita tidak merasa lapar, sebab kita bisa makan nasi dari beras atau padi yang para petani tanam. Kita bisa melakukan ini dan itu, pekerjaan menjadi ringan juga tidak lain atas bantuan sesama. Maha besar Allah SwT yang telah mengatur semua ini.
Maka dari itu, bergaul dengan akhlak yang baik adalah keniscayaan.
*Ditulis oleh Diyan Faturahman, Jumat (18/6) di Masjid Islamic Center UAD